CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5, Hasrat-Bispak29 Ke-2  payudaraku pastinya telah mulai nampak oleh Wawan dan Suwito yang sekarang jadi menelan ludah. Saya lagi turunkan handuk ini hingga sampai ujung atas bibir vaginaku yang udah berkali kali berisi penis mereka itu terpasang dihadapan mereka.

Wawan serta Suwito selalu melotot melihati badanku, hingga sampai mata mereka seperti keluar tempatnya. Saya makin bergairah memikat mereka, dan pada kondisi telanjang bundar sesuai ini, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya mengambil langkah mengarah almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seseorang mode yang berjalan dalam atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berencana kupilih bra yang mempunyai ukuran sangat kecil antara seluruh punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya mengambil langkah kesana dengan jenis seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya berencana berlambat pelan memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… mari non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan dan Suwito di luar yang meminta meminta dengan muka asusila mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka mohon buat dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang tentu saya mustahil pengin memenuhi permintaan mereka.

Serta dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang gak terlampau keras itu dengan terang, tetapi barusan itu mereka bergaya gak mendengarku. Karena itu saya menentukan untuk membuat mereka kian haus dan lapar akan badanku, toh saya aman aman saja di sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal menuju mereka berdua. Saya terus memakai celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat lamban meningkatkan celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga kemudian celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya pengin menunjukkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku bagai tengah menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam korden jendela kamarku dan tutup sejumlah badanku dengan tirai itu, sekalian mengerling nakal mengarah mereka bertiga.

"Udah, saya pengin tidur!", saya berujar dengan suara keras, lalu saya tutup korden jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli memikirkan entahlah sekesal apa Wawan serta Suwito waktu ini padaku. Kudengar dobrakan dobrakan kecil di jendela kamarku, namun saya sudah pasti gak ingin menyikapi semuanya itu.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Pada saat saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak sekian kali, ternyata mereka udah terbakar gairah serta memaksakan masuk ke sini untuk mendapatku, memerkosaku serta melumat habis badanku.

Jantungku berdegap cepat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya dapat aman dalam kamarku, mereka tidak akan berani melakukan perbuatan lebih jauh seperti menggempur pintu kamarku ini. Sesudah rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memutus untuk lekas tidur siang.

Saya tidak mau tidur kelamaan, jadi saya menyetel weker supaya berdering pada pukul lima sore kelak. Lantas dengan cuman memakai bra serta celana dalam seperti berikut, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha untuk selekasnya tertidur. Andy terus keluar di hadapanku tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi pengin malam selekasnya datang dan mengandaikan begitu senangnya saya saat Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, serta entahlah berapakah lama lalu baru saya pada akhirnya dapat tertidur.

VI. Sakit hati Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore di saat saya telah terjaga dari tidur siangku. Tetapi rasa lelah dan pegal yang menganiaya badanku sepanjang tiga ini hari udah menyusut banyak. Dan saya telah tersenyum senyuman kembali karena bayang-bayang Andy telah kembali isi hatiku.

"Non… non…", kudengar suara Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku khawatir.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, sekejap", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, serta udara dingin AC kamarku langsung melanda badanku yang cuman berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sesaat dan langsung lari ke dalam almari bajuku, lalu saya lekas memakai busana rumah ala-ala persentasenya.

"Aduh… urgent deh…", saya mengeluhkan dengan khawatir.

Saya melihat dari balik tirai jendela kamarku, Kedengarannya Wawan dan Suwito telah tidak di muka jendela kamarku. Tidak tahu berada di mana mereka saat ini, tidak boleh jangan mereka sedang nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karena itu dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuman dapat lihat Sulikah yang tungguku.

"Mbak, mesti saya ya yang tanda-tangan?", saya menanyakan dengan asa jawabnya tak.

"Kata tukang suratnya sich harus non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya mau melepaskan tukang surat itu pergi, namun saya gak ingin kedepan saya jadi lebih sibuk bila nyatanya yang hendak dikatakan tukang surat itu suatu yang perlu. Terpaksa sekali saya meniti kemungkinan ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan ingin harap resah saya melihat apa mereka ada pada seputar sini.

"Mbak, mereka ada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich ada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sekalian tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang menyaksikan anak majikannya takut akan ditiduri, bukan kasihan, jadi senyuman senyuman semacam ini. Saya sedikit kecewa pada Sulikah, namun saya gak berbicara apa apa serta lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku waktu saya udah ada di dalam hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman buat mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sembari berikan sebuah amplop padaku, yang nyatanya didalamnya Potongan harga Card dari restaurant idola Jenny, berikut dengan sebuah tandanya terima serta pulpen padaku.

"Oh ya, terimakasih pak", saya bercakap puas serta menanda menangani tandanya terima itu, lalu saya masuk ke dengan ria.

Mempunyai arti esok atau Senin saya dapat ekspos di Jenny serta Sherly, saya terlebih dulu yang mendapatkan Diskon Card ini. Dan saya bakal membayari mereka berdua di situ untuk bikin mereka bertambah dongkol padaku :p

Tetapi jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya memandang Suwito langsung memburuku dengan cakepg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan menghindar tangkapan Suwito, dan saya lari ke dengan was-was, mengharapkan saya sempat masuk ke kamarku serta menutup pintu.

"Tidak perlu lari non, sia-sia saja", ledek Suwito sekalian ketawa, dan dia mulai mengartikulasikanrku, membuatku kian ketakutan dan saya selalu lari menuju tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram saat tau-tau Wawan tampil dari balik tangga, dan saya menghindari sebisaku waktu Wawan  ingin tangkapku.

Saya gak dapat ke tangga, pun tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, namun perlahan-lahan mereka justru membuatku tersudut di sofa tempat tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di tempat tamu ini, lalu saya berniat larikan diri ke ruangan keluarga.

Tetapi mereka bisa lebih cepat merintangiku, serta lagi mengungkungku sampai saya kembali terdesak, terkepung di grandfather clock yang terpampang di tempat tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat serta siap-siap menangkapku.

"Waktunya non berserah serta main main sama kami", Suwito menambah sekalian tersenyum asusila.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

Jantungku berdetak lebih cepat. Saya tahu saya jangan hingga ketangkap mereka. Lantaran mereka berdua yang nyata kedepannya dapat tambah lagi dengan pak Berbudiin, pasti meniduriku hingga sampai mereka suka menyelesaikan sakit hati birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sekalian arahkan penglihatanku ke pintu penting tempat keluarga yang tampak disini.

Wawan serta Suwito langsung menengok menjurus pintu, pastinya mereka kaget 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan saat ini langsung kugunakan buat larikan diri ke arah area keluarga, serta saya dapat lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang selanjutnya langsung melafalkanrku.

"Gak boleh lari non!", hebat Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari segera mungkin tuju tangga, dan Kedengarannya saya memanglah lebih bisa cepat pada mereka. Saya lagi ketujuan ke kamarku, dan saya sukses menggembok pintu kamarku pas sebelumnya handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya dapat lepas. Nyata Wawan dan Suwito sedang usaha buka pintu kamarku. Tetapi saya  sadar jika saya udah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan puas.

Lega sekali rasanya saya dapat bebas dari 2 maniak itu. Bukanlah saya tidak pengin layani mereka, saya cuma mau menaruh tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya usai telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan maksimal seperti barusan. Napasku pun sedikit gak teratur serta badanku sedikit gemetaran, tetapi sekarang semuanya telah aman. Serta saya berpikiran jika rendam di air hangat kemungkinan dapat turunkan kegentinganku.

Karenanya saya ambil satu set busana tukar komplet dengan bra dan celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Tidak lupa saya membawa juga handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan waktu saya lihat pak Bijakin yang ada di kamar mandiku, entahlah mulai sejak kapan dia ada pada sini.

Lembar untuk lembar kemeja yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat lagi saya mundur mundur sekalian menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijaksanain mulai dekatiku.

"Pak… tak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, tetapi keadaan ini tetap, pak Bijaksanain selalu dekatiku.

Saya bertambah kuatir, tidak tahu harus lari ke mana. Namun saya tetap punya asa. Asal saya dapat memperdayai pak Berbudiin sampai saya dapat lari ke kamar mandi dalam kamarku ini dan mengamankan pintunya, barangkali saya tetap bisa selamat, sekurang-kurangnya untuk sesaat.

"Pak… ya telah Eliza pengin sama pak Bijaksanain saja, namun tak boleh panggil yang lain ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja dan saat ini saya malahan merapat ke pak Bijaksanain.

Saya akan menarik kaus yang kukenakan ini, namun saya menyudahi niatku sewaktu pak Berbudiin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini justru buka tirai kamarku yang memanglah ada di dekatnya.

Saya telah patah semangat, impianku redup sekali-kali saat saya menyaksikan kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijaksanain, sebab itu mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan dan Suwito.

Saya tidak mungkin punyai cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab saat lagi saya memutar kunci pintu kamarku, pak Berbudiin tentu sudah menangkapku.

"Saya sich suka senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, cuman saya tidak nikmat sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan lantaran mereka pun", kata pak Berbudiin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya benar-benar geram dengar kalimat pak Bijakin, yang betul itu. Kalaupun dahulu Wawan dan Suwito tidak mengawali kekurang tuntunan mereka padaku, belumlah pasti pak Bijakin dapat turut nikmati badanku sama mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

Lebih kembali, belum pasti saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri semenjak tahun akhir 2004 tempo hari.

Namun tidak ada waktu untukku untuk mengenang waktu saat kemarin.  Saya sadar waktu ini pak Bijaksanain telah dekat sekali, dan saya sempat berputar-balik ke belakang buat menghindari sewaktu pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, sekarang saya sungguh-sungguh berasa dapat dicabuli.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek tidak, saiki kene lak ngaplo maneh? Namun saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan sembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Berbudiin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Bijakin selalu dekatiku.

Yang gak pahami omongan mereka yang memanfaatkan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Berbudiin berada pada dalam kamarku, serta memerintah pak Berbudiin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijaksanain menyepakati jika dia berada pada dalam sini, sekalian membesarkan hati diri lantaran dia barusan menanti dalam kamar mandiku. Bila tidak, saat ini mereka pastinya kembali tidak bekerja. Tetapi pak Berbudiin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, sebab pak Bijaksanain cemas saya dapat masuk dan sembunyi di kamar mandiku saat lagi dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Terkecuali itu pak Bijaksanain pula mengharap Suwito untuk menanti di muka pintu kamarku, hingga sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya tidak mungkin dapat larikan diri melalui mana saja, sebab seluruh jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Betul-betul hilang ingatan, pak Berbudiin hingga sampai telah membikin kiat sesuai ini buat tangkapku, dan betul-betul mereka sukses membuatku terkepung di kamarku sendiri. Tidak tahu bagaimana dia dapat memikir soal ini, yang terang kini saya tidak dapat melakukan hal apa manalagi, serta saya tinggal tunggu waktu saat sebelum badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit sewaktu ke-2  tanganku telah ketangkap pak Bijakin yang tiba-tiba menangkapku, dan saya sekali-kali gak sempat menghindari karena semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, tetapi semuanya itu buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, orang gadis yang imut jika diperbandingkan dengan pak Bijaksanain yang mempunyai tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak beberapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia menggemboknya. Tirai itu pun ditutup olehnya.

"Pintar kowe Fin", kata Wawan yang nampak sangatlah suka dengan sukses trik pak Bijaksanain.

Lalu Wawan melangkah menuju pintu kamarku, sembari menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, serta dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan semangat, membuatku kian lemas menyaksikan ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Mulai
Lengkaplah ke-3  pejantan yang tentu akan lekas melumat badanku untuk melepaskan marah mereka padaku. Tidak tahu mereka dapat menghajarku kayak apakah, saya gak berani mengayalkan nasibku dapat seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat lagi Wawan serta Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Walau sebetulnya mereka kerapkali nikmati badanku, tetap juga sekarang ini saya merinding seram lihat tatapan mereka yang seperti mau menelanku bundar bulat.

Saya lagi coba melepas ke-2  tanganku dari genggaman tangan pak Bijaksanain.

"Jangan… gak boleh sekarang… esok saja… gak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas telah melumat bibirku.

Saat lagi saya mengerang rintih hingga kemudian megap megap karena kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA MENAWAN PART5

Saya tidak memandang siapakah yang melakukan, tetapi dengan pak Bijakin yang mencekam ke-2  tanganku dan Suwito yang terus memagut bibirku, saya tahu pelaksananya nyata Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, dan seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh gairah.

Saya mulai melemas, dan waktu pak Berbudiin membebaskan cengkramannya pada tangan kananku, saya telah terlampau kisruh buat memakai tangan kananku tidak tahu buat menggerakkan Suwito yang repot melumat bibirku, maupun Wawan yang tetap memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga di tangan kananku ini rasanya musnah entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta serta merengek-rengek saat Suwito membebaskan pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tidak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, serta dia bersama pak Bijakin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Sekarang saya tinggal kenakan bra yang memiliki warna putih ini, dan saya tahu sesaat lagi pembantaian kepada diriku akan lekas mulai.

Pak Bijakin dan Suwito yang berdiri di sisi kiri serta kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama